Mengungkap Alasan di Balik Tidak Adanya Makan Siang Gratis
Jakarta – Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mulai melaksanakan salah satu janji kampanye mereka dalam Pilpres 2024, yaitu program makan siang gratis. Kebijakan ini menyasar anak-anak sekolah dari tingkat SD hingga SMA dan diyakini terinspirasi dari berbagai negara yang telah sukses menerapkan program serupa.
Program makan siang gratis bertujuan untuk meningkatkan gizi anak-anak, mengurangi kelaparan, mendorong prestasi akademik, memperkecil kesenjangan sosial, serta membantu meringankan beban ekonomi keluarga berpenghasilan rendah. Pemerintah berharap program ini dapat menjadi langkah konkret dalam meningkatkan kualitas generasi muda Indonesia.
Inspirasi dari Negara Lain
Kebijakan makan siang gratis ini sejalan dengan program serupa di berbagai negara. Misalnya, di Swedia, program tersebut bertujuan untuk meningkatkan prestasi pendidikan dan kesehatan anak-anak. Sementara itu, di India dan beberapa negara Afrika, kebijakan ini berhasil menekan angka kelaparan dan meningkatkan tingkat kehadiran siswa di sekolah.
Brasil memiliki pendekatan unik dengan menjadikan program makan siang sebagai alat untuk mengurangi obesitas anak, yang meningkat signifikan setelah pandemi Covid-19. Program ini menunjukkan bahwa makan siang gratis tidak hanya berfokus pada kebutuhan gizi dasar, tetapi juga pada masalah kesehatan yang lebih kompleks.
Komitmen Pemerintah: Program MBG dengan Anggaran Besar
Pemerintah Indonesia mengubah nama program ini menjadi Makan Bergizi Gratis (MBG) dan mengalokasikan anggaran sebesar Rp 71 triliun dalam RAPBN 2025. Langkah ini diambil setelah berbagai kajian untuk memastikan program ini dapat memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat.
Meski menuai skeptisisme di awal, pemerintah berkomitmen untuk menjadikan program ini lebih dari sekadar janji politik. “Kami memastikan kebijakan ini dirancang berdasarkan riset yang matang untuk menciptakan manfaat jangka panjang,” ujar salah satu pejabat pemerintah dalam keterangan resmi.
Tantangan Pelaksanaan dan Pengawasan
Meskipun memiliki potensi besar, program MBG menghadapi tantangan serius dalam hal pendanaan dan pengawasan. Salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan adalah pengalihan sebagian dana dari kenaikan PPN pada barang dan jasa tertentu. Namun, pengamat ekonomi menegaskan pentingnya transparansi anggaran untuk memastikan program ini berjalan sesuai rencana.
Pengawasan juga menjadi aspek krusial. Pemerintah harus melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat, dalam proses monitoring dan evaluasi. Tanpa pengawasan yang ketat, program ini berisiko tidak mencapai sasaran yang diinginkan.
Potensi Dampak Positif dan Peran Masyarakat
Pengalaman negara-negara lain menunjukkan bahwa program makan siang gratis dapat memberikan dampak positif jangka panjang. Di Swedia, siswa yang mendapatkan makan siang gratis memiliki tingkat kesehatan lebih baik dan prestasi akademik yang lebih tinggi. Di India, program ini berhasil meningkatkan kehadiran siswa di sekolah, terutama di daerah terpencil.
Kesuksesan program ini juga bergantung pada partisipasi masyarakat. Publik diharapkan tidak hanya mengkritik, tetapi juga memberikan masukan konstruktif. Misalnya, pemerintah dapat mempertimbangkan masukan terkait variasi menu yang mengakomodasi cita rasa lokal, seperti menambahkan makanan khas daerah.
Kesimpulan
Program makan siang gratis yang diinisiasi oleh pemerintahan Prabowo-Gibran memiliki potensi besar untuk menciptakan generasi yang lebih sehat dan cerdas. Namun, keberhasilannya membutuhkan perencanaan matang, transparansi, pengawasan ketat, serta dukungan penuh dari masyarakat. Dengan sinergi yang baik antara pemerintah dan rakyat, program ini dapat menjadi salah satu langkah nyata menuju Indonesia yang lebih sejahtera dan maju.