Jakarta — Veronica Tan, mantan istri Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), menjadi sorotan setelah dipanggil oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk mempertimbangkan posisinya sebagai calon menteri dalam kabinet baru. Langkah ini menimbulkan berbagai spekulasi tentang keterlibatan politik Veronica di tingkat nasional.

Veronica dikabarkan melakukan pertemuan tertutup dengan Prabowo di Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, mereka membahas sejumlah isu penting, termasuk kebijakan yang berhubungan dengan pemberdayaan perempuan dan pendidikan. “Saya sangat menghargai kesempatan ini untuk berdiskusi tentang peran perempuan dalam pembangunan,” ujar Veronica setelah pertemuan.

Salah satu fokus utama Veronica adalah meningkatkan peran serta partisipasi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk politik dan ekonomi. “Perempuan harus memiliki tempat yang lebih besar dalam pengambilan keputusan,” tambahnya. Hal ini sejalan dengan visi Prabowo yang ingin menciptakan pemerintahan yang inklusif.

Kehadiran Veronica dalam politik tidak lepas dari perhatian publik. Banyak yang menilai bahwa mantan istri Ahok memiliki kemampuan dan pengalaman yang mumpuni, meski ada juga yang skeptis. “Veronica memiliki latar belakang yang baik, tetapi kita harus melihat lebih jauh mengenai kapabilitasnya dalam posisi strategis,” ujar seorang pengamat politik.

Pemilihan calon menteri dalam kabinet Prabowo dinilai krusial di tengah dinamika politik Indonesia. Penunjukan Veronica bisa menjadi langkah strategis untuk mendekati pemilih perempuan dan memperkuat dukungan basis suara. “Ini bisa menjadi keuntungan politik bagi Prabowo,” kata seorang analis politik.

Dengan panggilan dari Prabowo, Veronica Tan berpotensi mengambil langkah besar dalam karier politiknya. Masyarakat dan pengamat akan mengamati dengan saksama bagaimana proses ini berkembang, serta dampaknya terhadap dinamika politik di Indonesia. Apakah Veronica akan menerima tawaran tersebut masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab.